Unik dan Menarik, Ternyata Produk Ini dari Kulit Kerang
Berbagai varian dan jenis lampu merupakan produk yang paling banyak digunakan di hotel-hotel dan restoran.
Indonesia adalah negara bahari yang
memiliki laut yang sangat luas bahkan mencapai 80 persen, melebihi luas
daratan. Maka tak heran, luasnya lautan Indonesia itu menyimpan berjuta
kekayaan laut yang tak ternilai harganya. Salah satunya ada kerang laut (shell)
yang mungkin bagi sebagian orang hanya dapat diolah menjadi menu
makanan. Tapi tahukah Anda, kulit atau cangkangnya pun dapat diolah
menjadi produk menarik bernilai tambah yang mendatangkan omzet hingga
ratusan juta?
Di tangan Ir Yuni Yarman, cangkang (bivalvia) dan kulit ini dapat disulap menjadi aneka produk menarik, seperti aksesoris rumah (home accessories), kantor, hotel, retoran, apartemen, dan peralatan makan (tableware), perhiasan mewah (fancy jewelries), panel/tile, souvenir/gift items, serta banyak lagi.
“Dari
berbagai jenis produk tersebut, masih banyak variasi dan desain ukuran,
serta warna. Semua itu merupakan hasil inovasi kami, tapi ada juga yang
berasal dari pesanan,” ujarnya kepada IndoTrading.com.
Variasi produk dari kulit kerang tersebut, antaralain berupa hiasan lampu,
baik lampu gantung, lampu meja, atau lampu dinding. Ada pula,
hiasan/bingkai pada cermin, berbagai variasi alat makan dan minum
cantik, dan rupa souvenir cantik nan mewah, seperti kalung, gelang, dan anting.
Berbagai aksesoris perhotelan juga
diproduksi oleh usaha kecil menengah ini. “Biasanya seperti lampu, dan
perlengkapan serta aksesoris di kamar-kamar hotel,” jelasnya.
Yuni, demikian dia biasa disapa, tak sendiri mengelola usaha yang dipayungi oleh PT Kharisma Surya Lestari ini. Bersama putrinya, Ika Yarmanti, usaha ini terus dikembangkan, meski terus dihadang berbagai persoalan.
“Sebagian produk kami ekspor, sebagian
lagi kami pasarkan di dalam negeri. Ada yang untuk hotel, restoran,
apartemen, toko-toko, counter, dan lainnya,” tutur Ika.
“Kebetulan sekarang lagi banyak renovasi
dan pembangunan hotel-hotel di Bali, sehingga produk kami juga banyak
mendapatkan pesanan dari sana, terutama untuk lampu-lampu,” sambung
Yuni. Ditambahkan Ika, “Kami juga tengah membuat produk-produk untuk
keperluan Hari Raya Natal, seperti tempat lilin, dan sebagainya.”
Nah, bagi Anda yang tertarik akan
produk-produk tersebut, bisa juga memesan sendiri, baik model/motif atau
desain, ukuran dan warnanya sesuai keinginan. “Jadi ini tergantung
kesepakatan, ukurannya seperti apa, dan banyaknya berapa. Kami akan
layani, bisa juga dicantumkan nama atau label perusahaan,” sebut Ika.
Dan untuk memperluas pasar akan
produk-produk kerajinan tersebut, perusahaan ini juga membuka kesempatan
bagi masyarakat luas, terutama di luar Pulau Jawa untuk dapat menjadi
bagian dari pemasaran tersebut.
“Yang mau menjadi agen atau distributor produk-produk kami, bisa langsung mengubungi kami di 021-4258305 dan 021-4269031,” katanya.
Sebagai informasi, bahan baku yang
digunakan untuk membuat berbagai produk tersebut merupakan spesies
(kerang) yang tidak dilindungi oleh hukum Indonesia. Oleh karenanya,
pemesan yang menginginkan spesies tertentu dan dilindungi, maka tidak
akan dilayani.
“Sering ada pemesan yang menginginkan
spesies kerang seperti ini. Tapi kami tegaskan bahwa itu dilindungi
pemerintah, sehingga kami tidak bisa melayani. Yang kami gunakan adalah
yang tidak dilindungi. Bahkan kami juga melakukan pembudidayaan sendiri
guna mendukung keberlangsungan produksi kami ini,” tutur Ika seraya
menunjukkan beberapa contoh (gambar) spesies yang dilindungi negara.
Tembus Pasar Ekspor
Tak hanya pasar lokal yang menjadi target market perusahaan yang beralamat (showroom) di Jl Cempaka Putih Tengah 26A No. 3, Jakarta Pusat tersebut. Produknya pun sangat diminati di pasar internasional. Sebut saja Amerika, atau beberapa negara di Asia, seperti salah satunya Jepang.
“Dulu, Eropa adalah pasar ekspor
terbesar kami. Hanya untuk sementara waktu kami hentikan dulu karena
sedang terjadi krisis. Sekarang kami fokus ke negara-negara di Amerika,
juga Jepang yang merupakan pasar cukup potensial,” terang Yuni.
Kata dia, sambutan pasar internasional
cukup positif terhadap produk kerajinan tangan tersebut. Namun demikian
kegiatan ekspor belum dilakukan secara rutin setiap bulannya.
“Muda-mudahan mulai 2013 ini kami bisa lakukan secara rutin,” ungkapnya.
Produk-produk home decoration,
seperti cermin, tempat perhiasan, dan tempat lilin, merupakan produk
yang paling laris di pasar internasional. Ika menuturkan, produk-produk
seperti di atas merupakan produk yang lebih memiliki nilai fungsi dan
kegunaan.
“Kalau pasar domestik ya lebih ke produk berupa aksesoris atau hiasan-hiasan,” jelasnya.
Bermula dari Budidaya Mutiara
Usaha ini bermula pada tahun 1989. Saat
itu, Yuni bekerja pada sebuah perusahaan pembudidayaan mutiara, dimana
kulit kerang mutiara yang dihasilkan juga langsung dijual, tanpa diolah
menjadi produk yang lebih bernilai ekonomis. Atas dasar tersebut,
muncullah ide untuk bisa mengolah sendiri kulit-kulit kerang tersebut.
“Dulu, kerajinan kerang Indonesia masih
sangat terbelakang. Yang bisa dilakukan hanyalah membuat tas atau
keranjang, itu pun masih bauh, dan belum layak untuk dipasarkan secara
luas,” kata Yuni.
“Ketimbang kulit-kulit mutiara ini
dijual terus sebagai bahan baku, kenapa tidak dikelola sebagai barang
jadi yang punya nilai jual lebih tinggi,” tambahnya.
Menangkap peluang tersebut, perusahaan
pun membentuk satu divisi baru yang khusus menengani pengolahan
kulit-kulit kerang tersebut.
“Jadi kami tambah dengan beberapa jenis kerang lainnya, dan mulailah kami berkreasi,” kenangnya.
Belajar dari Filipina
Filipina
adalah salah satu negara penghasil kerang dunia. Bahkan sudah sejak
lama, kerang dan olahannya tersebut telah menembus pasar global.
Padahal, luas laut Filipina tak sebanding dengan luas laut Indonesia,
begitupun hasil kerang lautnya.
“Ini juga menjadi salah satu hal yang
memotivasi kami untuk terus maju. Dan oleh karenanya, kami juga banyak
belajar dari Filipina,” ujarnya.
Tak hanya Filipina, dikatakan Yuni,
mereka juga sempat menimbah ilmu ke Jepang. Hal ini dimaksudkan untuk
semakin memperkaya pengatahuan mereka guna mengembangkan usaha tersebut.
Dari situ, berbagai kreasi produk pun mulai diproduksi.
Namun, usahanya itu tak berjalan mulus.
Krisis moneter yang melanda Indonesia pada 1998, tak pelak meredupkan
bisnis kerang yang baru beranjak naik tersebut. Perusahaan induknya pun
kolaps.